
Propertynbank.com – Ketidakpastian permintaan terhadap kondominium dan masih tersedianya stok yang belum terjual di pasar, membuat para pengembang lebih berhati-hati dalam mempersiapkan pengembangan proyek baru. Sebagian besar pengembang masih ragu untuk meluncurkan proyek baru dan fokus menyelesaikan proyek konstruksi yang ada.
Dengan kondisi tersebut, maka pasokan kumulatif tetap relatif stabil di angka 259.364 unit karena tidak adanya proyek baru. Sedangkan permintaan kumulatif sedikit meningkat sebesar 0,1% QoQ mencapai 214,874 unit pada kuartal saat ini.
Hendra Hartono, CEO dan Co-Founder Leads Property mengatakan, permintaan triwulanan kondominium pada periode ini tercatat sebanyak 182 unit. Insentif PPN yang muncul sebelumnya tampaknya tidak mendorong calon pembeli untuk membeli kondominium. Sebagai responnya, pemerintah melanjutkan insentif PPN hingga Desember tahun ini untuk mendongkrak pasar kondominium.
Baca Juga : Pasokan Pasar Ritel Di Jakarta Bertambah, Harga Sewa Relatif Stabil
Menurut Hendra, tingkat penjualan kondominium tetap stabil di 82,8% karena perlambatan permintaan dan tidak adanya pasokan baru. Meskipun Bank Indonesia baru-baru ini menurunkan BI rate menjadi 6,0%, penyerapannya belum berdampak langsung terhadap pasar kondominium, kecuali jika suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPA) mengalami penurunan yang signifikan.
“Pengembang mungkin perlu meningkatkan upaya pemasaran mereka dan menawarkan gimik tambahan untuk menarik lebih banyak pembeli potensial, meskipun dengan adanya insentif PPN,” ungkap Hendara beberapa waktu lalu.
Harga jual kondominium Jakarta CBD dan prime area masing-masing naik tipis sebesar 1,0% dan 0,3%, yakni sebesar Rp 57,2 juta dan Rp 47,5 juta per m2. Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa proyek yang hampir selesai seiring dengan kemajuan pembangunannya. Namun, harga akan relatif stabil seiring dengan perlambatan pasar.
Hendra menjelaskan, mengingat persaingan pasar dan ketidakpastian kondisi perekonomian yang membayangi pasar residensial, para pengembang nampaknya masih wait and see. Di tengah kondisi tersebut di atas, terdapat kekhawatiran mengenai kenaikan PPN serta pengenaan PPN atas service charge.
Baca Juga : Pasokan Stabil, Pasar Perkantoran di CBD Jakarta Meningkat
“Selain itu, menurut beberapa pemberitaan, kelas menengah Indonesia mengalami penurunan yang disebabkan oleh rendahnya daya beli. Oleh karena itu, faktor-faktor ini dapat berdampak lebih jauh pada pasar kondominium, menyebabkan lesunya permintaan, terutama pada kelas menengah,” tegas Hendra.
Pembeli, ujarnya, mungkin memerlukan perubahan persepsi mengenai tinggal di kota dengan kepadatan tinggi untuk merangsang permintaan, yang lebih relevan untuk memilih hunian vertikal. Pada saat yang sama, penawaran harga dan paket yang menarik dari pengembang tetap diperlukan. Pembeli khususnya kelas menengah, perlu mempertimbangkan hunian berbasis T.O.D karena relevan dengan tingkat harga serta mengurangi pemakaian kendaraan.
Apartemen Sewa
Sementara itu, untuk apartemen sewa, Leads Property mencatat bahwa pada akhir kuartal ketiga, satu apartemen sewa mulai beroperasi, yaitu Somerset Kencana. Apartemen servis yang memiliki 148-unit ini terletak di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan. Properti baru ini merupakan bagian dari portofolio brand Ascott di Jakarta.
Baca Juga : Ini 8 Layout Ruang Kantor Yang Sedang Tren
Dari segi lokasi, pengembangan apartemen sewa masih terkonsenterasi di kawasan CBD Jakarta. Namun, semakin tingginya harga lahan di pusat kota turut mendorong pengembang untuk mencari peluang untuk mengembangkan propertinya di luar Kawasan CBD.
“Mayoritas penyewa apartemen sewa masih berasal dari klien korporat, karena apartemen sewa dinilai menjadi opsi hunian yang fleksibel bagi ekspatriat mereka yang ditugaskan di Jakarta dalam jangka Panjang. Selain itu, apartemen sewa, khususnya apartemen servis, juga dapat menyediakan hunian dengan fasilitas setara hotel, sehingga menjadi opsi menarik dibandingkan kondominium strata-title yang disewakan,” ujar Hendra.
Selain klien korporat, okupansi apartemen sewa juga turut didorong permintaan dari masa tinggal jangka pendek, yaitu kalangan wisatawan terutama wisatawan dengan keluarga. Ukuran kamar yang lebih luas serta tersedianya fasilitas dapur dan area ruang tamu terpisah dianggap menjadi keuntungan bagi para tamu.
Baca Juga : Harga Rendah Pasokan Terbatas, Saatnya Investasi Di Sektor Perkantoran
Hendra menambahkan, tingkat hunian apartemen sewa terus menunjukkan peningkatan yang stabil. Sepanjang kuartal ini, tingkat hunian naik menjadi 64.0%. Peningkatan secara bertahap ini menunjukkan bahwa pasar apartemen sewa di Jakarta stabil, mencerminkan momentum positif di sektor ini.
Sedangkan berdasarkan jenis propertinya, tingkat okupansi untuk apartemen servis sedikit lebih baik, mencapai rata-rata tingkat hunian 67.2% pada kuartal ini. Sementara itu, apartemen non-servis memiliki rata-rata tingkat hunian yang lebih rendah, yaitu 54.8%. Adanya perbedaan ini menyoroti tren preferensi saat ini terhadap opsi akomodasi layanan, terutama di kalangan penyewa yang mencari fleksibilitas dan pengalaman tinggal yang mirip dengan hotel.