Propertynbank.com – Pasar perkantoran di CBD Jakarta terus mengalami kestabilan pasokan, ditandai dengan absennya pengembangan proyek baru yang masuk ke pasar selama setahun terakhir. Dengan tidak adanya proyek baru yang diperkirakan memasuki pasar pada akhir tahun 2024, total stok tetap stabil pada 7,45 juta m2.
Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property Martin Samuel Hutapea mengatakan, pada Q3 2024, kawasan Jenderal Sudirman dan SCBD menampung sebagian besar total stok di pasar CBD, yang mencakup hampir 40% pasokan. Akses mudah ke jalan tol dan beragam pilihan transportasi umum telah mendorong perkembangan signifikan bangunan komersial di kawasan ini selama satu dekade terakhir.
“Pasar CBD mengalami peningkatan yang signifikan pada kuartal ketiga tahun 2024, didorong oleh aktivitas sewa dari sektor pertambangan, sektor IT, dan sektor berbasis jasa. Hal ini membantu mempertahankan momentum penyerapan bersih yang positif sepanjang tahun, dengan penyerapan kuartal sebesar 16,580 m2 dan penyerapan year-to-date (YTD) sebesar 55,428 m2. Penyerapan bersih CBD pada tahun 2024 mencapai tingkat tertinggi sejak wabah pandemi pada tahun 2020, menandakan bangkitnya kepercayaan pasar,” ujar Martin dalam siaran pers beberapa waktu lalu.
Baca Juga : Harga Rendah Pasokan Terbatas, Saatnya Investasi Di Sektor Perkantoran
Selain paket sewa yang kompetitif, kata Martin, para penyewa lebih memilih bangunan di lokasi inti yang memiliki akses mudah ke MRT atau LRT. Akibatnya, di tengah tren flight-to-quality, beberapa kawasan bisnis di CBD mengalami permintaan yang tinggi, sebagian besar disebabkan oleh kedekatannya dengan transportasi umum dan banyaknya fasilitas ritel.
Kuartal ketiga tahun ini menunjukkan tren positif dalam tingkat hunian di pasar CBD, meningkat menjadi 72,2%, naik sebesar 0,22 poin persentase QoQ. Meskipun mengalami kondisi kelebihan pasokan yang berkepanjangan, angka tingkat hunian ini menunjukkan kebangkitan kepercayaan dunia usaha terhadap pasar perkantoran, baik dari pihak penyewa maupun pengembang.
Menurut Martin, dengan perkantoran kelas A yang tetap memimpin penyesuaian harga, tarif sewa tetap stagnan pada kuartal ini, walaupun pengembang menaikkan biaya layanan untuk menutupi kenaikan biaya operasional. Secara paralel, koreksi biaya sewa dasar berlanjut di gedung-gedung dengan tingkat hunian rendah karena pengembang berusaha untuk tetap kompetitif dalam menarik penyewa baru.
Baca Juga : Bagi Leads Property, Sektor Perkantoran Tetap Leading
“Sehingga, tarif sewa kotor tercatat sebesar IDR 330.300 per m2 per bulan, mencerminkan perubahan kecil sebesar 0,2% QoQ. Pada kawasan CBD Jakarta, harga perkantoran strata mengalami sedikit penyesuaian positif sebesar 0,45% dari kuartal sebelumnya, mencapai sebesar IDR 55.787.500 per m2,” tegasnya.
Efek limpahan dari kuatnya realisasi investasi di Indonesia pada tahun 2024, diperkirakan akan terus mendukung pertumbuhan permintaan ruang kantor di CBD, karena banyak perusahaan yang ingin mendirikan kantor di pusat kota. Selain itu, dengan banyaknya penyewa yang mulai menerapkan kapasitas kantor 100%, tingkat hunian diperkirakan akan terus meningkat.
Pasokan Pasar Perkantoran
Co-Founder dan CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono menambahkanm, pada kuartal ini, pasar masih mengalami kelebihan pasokan, dengan total pasokan yang tidak berubah sejak awal tahun sebesar 4,16 juta m2. Namun, beberapa gedung baru saat ini berada dalam tahap pembangunan dan diperkirakan akan selesai pada akhir tahun ini serta dalam tiga tahun ke depan.
Baca Juga : Ini 8 Layout Ruang Kantor Yang Sedang Tren
“Seperti kuartal sebelumnya, pasar perkantoran masih berada dalam tahap pemulihan. Khususnya, mengingat kondisi pasar saat ini, beberapa pengembang sedang merencanakan pembangunan kantor baru mereka. Potensi persaingan seperti ini akan semakin meningkatkan persaingan di sektor perkantoran,” ungkap Hendra.
Permintaan mencatat penyerapan positif pada kuartal berjalan sebesar 8.324 m2. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan ruang kantor pada kawasan OCBD masih tetap tinggi, khususnya di Jakarta Selatan, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap permintaan tersebut.
“Transportasi umum, seperti MRT, tetap menjadi pendorong utama permintaan ruang kantor di kawasan OCBD, menjadikan Jakarta Selatan sebagai lokasi yang paling diminati. Beberapa perusahaan yang telah didirikan di lokasi strategis, terutama di Jakarta Selatan, sedang mempertimbangkan untuk memperluas ruang kantornya atau memperbarui kontrak sewanya,” pungkas Hendra.