Propertynbank.com – Sejak pandemi telah berlalu, industri retail atau pusat belanja telah kembali pulih dan stabil. Tingkat hunian juga ikut meningkat seiring dengan banyaknya pengunjung mall. Sedangkan konsep gaya hidup dan hiburan paling dominan dan masih diminati. Selain itu, mulai muncul konsep factory outlet, big-box tenant, dan konsep retail outdoor.
Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property Martin Samuel Hutapea menjelaskan, dengan terus meningkatnya tingkat hunian, maka otomatis harga sewa mal juga ikut meningkat. Hal ini juga didukung oleh high-end F&B dan merek high-end untuk kalangan millennial atau gen Z mulai bermunculan di Ground Floor, berdampingan dengan merek ternama lainnya
“Untuk permintaan retail di kuartal berjalan sekitar 2.800 m². Kami melihat tidak ada penambahan pasokan baru pusat belanja di kuartal berjalan. Namun, akan ada tambahan pasokan hingga akhir 2024 yang berasal dari Puri Indah Mall 2 (±16,500 m²). Sedangkan rata-rata harga sewa mengalami kenaikan sebesar 3.3% dari kuartal sebelumnya,” jelas Martin beberapa waktu lalu.
Baca Juga : Bagi Leads Property, Sektor Perkantoran Tetap Leading
Ditambahkan Martin, untuk retail ada potensi over-supply karena gencarnya pengembangan khususnya di pinggiran Jakarta. Sementara kawasan utara Jakarta, menurut dia, akan menjadi area destinasi F&B dan gaya hidup baru di samping area CBD, SCBD, dan sepanjang jalan Senopati.
Permintaan Kondominium Lemah
Untuk sektor kondominium, Leads Property mencatat terjadi pelemahan permintaan di semua segmen. Hal ini karena kompetisi tinggi di sektor rumah tapak di Bodetabek. Meskipun ada kemudahan PPN DTP, Leads Property melihat masih belum mampu meningkatkan minat terhadap kondominium. “Pengembang cenderung menahan minat meluncurkan proyek baru sebagai sikap kehati-hatian,” tegas Martin.
Data Leads Property menyebutkan, akan ada penambahan pasokan kondominium sebesar 192 unit dari Belton Residence. Untuk jumlah penyerapan hanya sebanyak 106 unit dan jumlah unit belum terjual sekitar 44.870 unit. Sedangkan harga relatif stabil dari kuartal sebelumnya karena terlalu beresiko untuk meningkatkan harga.
Untuk apartemen sewa, Martin mengatakan, ada penambahan pasokan sebesar 182 unit yang berasal dari ParkRoyal Serviced Suites. Untuk tingkat hunian turun sebesar 2,6 poin karena adanya penambahan pasokan. Sedangkan harga sewa hanya sedikit bergerak naik sebesar 0,4% dari kuartal sebelumnya. “Permintaan masih didominasi oleh pekerja asing dan tamu korporasi tetap menjadi salah satu target market utama,” ungkapnya.
Karena adanya kelebihan pasokan, kata Martin, maka membuat pertumbuhan harga sewa tertekan. Sebagian ekspatriat tidak melanjutkan sewa mereka karena adanya efisiensi budget dari korporasi dengan mengurangi jumlah ekspatriat. Persaingan dari investor unit kondominium kelas atas dan apartemen servis yang baru menyebabkan tertekannya permintaan akan unit apartemen sewa.
Sementara itu, sektor rumah tapak segmen menengah dengan harga di bawah Rp 2 Miliar per unit di Bodetabek masih sangat kuat. Leads Property mengungkapkan, adanya PPN DTP cukup mendongkrak penjualan perumahan, dengan cara pembayaran oleh bank yang fleksibel, khususnya untuk segmen menengah. Akibatnya, sejumlah pengembang menyediakan rumah ready-stock agar dapat berpartisipasi dalam insentif PPN DTP.
Baca Juga : Harga Rendah Pasokan Terbatas, Saatnya Investasi Di Sektor Perkantoran
Co-Founder dan CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono menjelaskan, meskipun secara keseluruhan pergerakan pasar di Indonesia lesu di kuartal berjalan, namun pergerakan pasar rumah tapak, khususnya di Bodetabek masih tumbuh secara positif. Secara kuartalan, pasar rumah tapak mencatat adanya peluncuran 2,800 unit baru, serta jumlah penjualan tercatat sebesar 3,100 unit, di mana mayoritas berasal dari area Tangerang. “Rata-rata harga cenderung stabil, hanya meningkat sebesar 0.6% dari kuartal sebelumnya.
Sebagian besar pembeli berasal dari kalangan end-user (2 BR ke atas), sedangkan investor mengincar tipe 1 BR. Insentif PPN DTP diharapkan akan menjadi katalis permintaan terutama untuk unit ready-stock di bawah Rp 2 miliar per unit,” ujar Hendra.
Untuk industri perhotelan, performa juga meningkat setelah pandemi. Namun masih belum sepenuhnya pulih dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi. Selain itu, tingkat hunian menurun karena tertundanya aktivitas MICE dikarenakan banyaknya hari libur dan Average Daily Rate cenderung turun karena permintaan yang lemah. Hotel bintang 4 dan 5 masih memiliki performa yang lebih tinggi dibandingkan hotel Bintang 3.
“Terjadi peningkatan jumlah hotel boutique dan luxury di Jakarta, terutama di pengembangan mixed-use. Ada fenomena unit kondominium dan perkantoran yang kosong dikonversi menjadi hotel dan business trip yang tetap meningkat. Dengan adanya IKN, posisi Jakarta semakin tegas sebagai pusat bisnis dan keuangan di Indonesia,” tutup Hendra.