Propertynbank.com – Sejak tahun 1990 an lalu, konsep perbankan syariah mulai berkembang dan terus tumbuh signifikan hingga saat ini. Pada tahun tahun 2023 lalu, pertumbuhan bisnis perbankan syariah berada di atas rata-rata pertumbuhan perbankan nasional. Hal ini karena adanya penguatan ekonomi dan keuangan syariah dan kian membentuk sektor ekonomi berbasis syariah di Indonesia. Meskipun terus meningkat, namun perbankan masih belum maksimal.
Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Erick Thohir tetap optimitis perbankan syariah akan terus tumbuh. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga saat ini total aset industri keuangan syariah di Indonesia pada akhir 2022 lalu mencapai lebih dari Rp2.813 triliun, tumbuh sebesar 13,4 persen dari tahun sebelumnya.
Menurut Erick, tingkat literasi dan inklusi keuangan Syariah masih rendah, yaitu tercatat 9,14 persen dan 12,12 persen. Angka ini, sebutnya, jauh tertinggal dibandingkan indeks relasi dan inklusi keuangan nasional, yaitu sebesar 49,68 dan 85 persen. “Diperlukan kerjasama dan berbagai pihak dan diharapkan dapat berkontribusi secara optimal dalam mengembangkan ekonomi Syariah demi kemaslahan umat,” tegas Erick yang merupakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Baca Juga : Islamic Bank Australia Jadi Bank Syariah Pertama di Australia
Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia juga sejalan dengan pencapaian dan kinerja BTN Syariah. Unit Usaha Syariah yang merupakan milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk itu, berhasil mencatatkan kinerja positif di tahun 2023, dengan membukukan laba bersih sebesar Rp702,3 miliar. Jumlah tersebut melesat 110,5% dibandingkan perolehan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp333,6 miliar.
Direktur Utama Bank BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan, pencapaian gemilang dan kinerja positif BTN Syariah tersebut karena didukung dengan semakin besarnya minat masyarakat Indonesia untuk membeli rumah melalui skema pembiayaan syariah. Masyarakat Indonesia, kata Nixon, mayoritas merupakan muslim yang merupakan basis nasabah yang kuat untuk bisnis pembiayaan perumahan dengan skema syariah. “Kami optimistis BTN Syariah memiliki ruang besar untuk terus bertumbuh besar sehingga dapat melayani kebutuhan pembiayaan perumahan masyarakat Indonesia,” tegas Nixon.
Pada saat paparan kinerja PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk tahun 2023 beberapa waktu lalu, Nixon menyampaikan, penyaluran pembiayaan BTN Syariah meningkat sebesar 17,4% menjadi Rp37,1 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp31,6 triliun. Peningkatan signifikan juga terjadi pada DPK BTN syariah yang tumbuh pesat sebesar 20,7% menjadi Rp41,8 triliun pada tahun 2023, dari tahun sebelumnya sebesar Rp34,64 triliun.
Penyaluran pembiayaan dan perolehan DPK yang kinclong tersebut, membuat posisi aset BTN syariah mengalami lonjakan sebesar 19,79% menjadi Rp54,3 triliun pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp45,3 triliun. “Kenaikan aset BTN Syariah yang sudah lebih dari Rp50 triliun ini, membuat perseroan memiliki kewajiban untuk melakukan spin off BTN Syariah dan mendirikan BUS yang akan dilaksanakan tahun ini,” tegasnya.
Dukungan Pengembang Untuk Perbankan Syariah
Direktur Utama PT Kreasi Prima Nusantara (Kreasi Prima Land), Hadiana, salah seorang pengembang yang menjalankan konsep syariah dalam bisnisnya mengatakan, prinsip syariah bukan diciptakan hanya untuk kaum muslim saja tapi bisa diterapkan oleh seluruh manusia. Secara umum, kata dia, semua Agama dapat menjalankan syariah. “Bahkan perbankan syariah terbesar di dunia adanya di London, dan masyarakat Inggris sudah terbiasa dengan bagi hasil yang menjadi prinsip dasar syariah,” tegas dia.
Baca Juga : Bank BTN Gelar Akad Massal KPR Syariah Serentak 2.300 Unit Rumah
Ketua Bidang Properti Syariah DPP Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) ini menambahkan, konsep perumahan yang menurut dia paling bisa disyariahkan adalah perumahan subsidi. Hal ini karena didalam konsep rumah subsidi, seluruh kebijakan yang dilakukan sudah ditetapkan oleh pemerintah dan tepat sesuai perintah Agama.
Bank BTN sebagai bank perumahan yang sebagian besar membiayai rumah subsidi, berpeluang besar untuk menggarap pasar potensial properti syariah. Tahun 2023 lalu, KPR Subsidi Bank BTN mengalami kenaikan 10,9% menjadi Rp161,74 triliun dari perolehan tahun lalu yang sebesar Rp145,86 triliun. Sedangkan untuk KPR Non Subsidi juga mengalami pertumbuhan sebesar 9,5% dari Rp87,82 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp96,17 triliun pada tahun 2023.
Besarnya potensi ini juga didukung terus meningkatnya proyek-proyek properti syariah yang dibangun oleh pengembang. Data dari Asosiasi Developer Properti Syariah (ADPS) menyebutkan, di saat pandemi tahun 2020 lalu, jumlah proyek property syariah tumbuh sekitar 40%, naik dari 500 proyek menjadi sekitar 700 proyek.