BERITA PROPERTI–Pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang akan diselenggarakan serentak pada Pilkada 2017 tanggal 15 Februari 2017 tinggal menghitung hari. Harapan yang begitu besar terhadap figur yang akan memimpin ibukota negara Indonesia ini untuk 5 tahun ke depan terus mencuat, baik dari masyarakat umum maupun para pelaku bisnis.
Dalam sebuah diskusi yang bertema Menggagas Jakarta Masa Depan beberapa waktu lalu, Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI), Hari Ganie mengatakan, siapa pun Gubernur DKI Jakarta yang nanti terpilih, harus fokus pada hal-hal strategis perkotaan yang terkait fungsinya sebagai kota jasa dan perdagangan.
“Kalau tidak maka Jakarta bukan saja akan tertinggal dari kota-kota dunia lainnya, namun juga dengan kota-kota peyangga di sekitarnya (Bodetabek). Fungsi Jakarta adalah sebagai kota jasa dan perdagangan. Jangan kemana-mana, jangan melebar ke semua fungsi. Saya kira Jakarta fokus saja bagaimana melayani kebutuhan warga, stakeholder, investor, dan pelaku usaha,” ujar Hari.
Dikatakan Hari, sejumlah kawasan industri yang masih beroperasi di Pulo Gadung, Cakung dan Daan Mogot, sebaiknya dialihkan seluruhnya ke Bekasi atau Tangerang. Sedangakan untuk kawasan yang berfungsi sebagai tujuan wisata, semestinya dilakukan oleh daerah peyangga yang ada di selatan seperti Bogor dan Cianjur.
“Dan yang terpenting yang harus dilakukan Gubernur DKI Jakarta terpilih nantinya adalah membangun koordinasi dan komunikasi yang baik dengan pemerintah daerah yang ada di sekitar Jakarta untuk menjamin kebutuhan dan infrastruktur sebagai kota jasa perdagangan terpenuhi. Saat ini Jakarta sudah memasuki kondisi rawan air bersih, karena pasokan air dari Waduk Jatiluhur semakin berkurang. Jika dibiarkan, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan Jakarta mengalami krisis air bersih,” tegas Hari.
Persoalan-persoalan penting seperti kepastian pasokan air bersih ini, lanjut Hari yang merupakan praktisi perencana kota, seharusnya mendapat perhatian, dan secepat mungkin ada konsensus-konsensus dengan daerah-daerah peyangga terkait kebutuhan dasar warga Jakarta.
“Jakarta menghadapi tantangan-tantangan lain yang membuat fungsi-fungsi kota tidak nyaman lagi. Antara lain harga tanah yang semakin mahal dan tidak terkendali. Akibatnya banyak pengembang mulai memilih kota lain di luar Jakarta untuk melakukan pembangunan terutama proyek hunian. Demikian juga saat ini banyak perguruan tinggi yang memilih memindahkan kampusnya ke daerah penyangga,” ujar Hari.
Tantangan lain yang dihadapi adalah Jakarta, kata Hari, memiliki pesaing-pesaing akibat tumbuhnya kota-kota baru di sekitarnya. Hari menyebutkan Bodetabek saja, kini terus melebar. Kalau dulu di wilayah barat pertumbuhan kota hanya sampai Tangerang, maka sekarang sudah sampai ke Maja. Begitu pula di wilayah timur, tidak hanya Bekasi yang tumbuh pesat, tetapi juga sudah mencapai Cikarang dan Kerawang. “Inilah pesaing-pesaing langsung Jakarta di rejional Bodetabek,” pungkas Hari.