Property & Bank

Sertifikasi, Senjata Broker Hadapi MEA

IMG_4045
Seminar Outlook Property 2015 yang diselenggarakan Majalah Property&Bank : Broker Properti Harus Siap Hadapi MEA

PROPERTI-Pertumbuhan bisnis broker pada tahun 2014 terus meningkat. Hal ini terlihat dari pertumbuhan nilai kapitalisasi bisnis broker yang mencapai angka Rp 100 Triliun pada tahun 2014. Dari data yang diberikan AREBI DPD  DKI Jakarta, tercatat ada sekitar 2000 jumlah broker yang berada di wilayah Jabodetabek. Namun hanya sekitar 350 kantor saja yang tercatat sebagai anggota. Adapun nilai kapitalisasi tadi adalah nilai yang didapat dari jumlah kantor broker yang terdaftar di AREBI saja. Bisa dibayangkan bukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh sebuah Real Estate Broker ?

Pertumbuhan bisnis broker kian hari kian cepat dan persaingannya pun  masih relatif normal. Jumlah broker dengan brand lokal  jauh lebih banyak dibandingkan dengan brand asing. Peluang untuk membidik pasar pun semakin meluas. Terlebih, di tahun 2015 nanti kita akan menghadapi pasar global atau yang di sebut dengan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Persaingan tidak hanya terjadi dengan brand dalam negri saja,namun juga akan bersaing dengan Negara-negara lain di wilayah Asean.

Menanggapi hal ini, Lukito Prawono selaku  Wakil Ketua DPD AREBI DKI Jakarta mengatakan, “Jangan jadikan MEA sebagai momok yang menakutkan. Peluang untuk membidik pasar sangatlah luas, tak hanya di dalam negeri melainkan di Asean,” ungkapnya  saat acara Seminar Outlook Property di Sahid Hotel pada (4/12/14) lalu.

Potensi pasar properti pada tahun 2015 akan berada pada angka yang sama dengan tahun 2014 yakni sebesar 20%. Adapun  optimisme  Lukito  mengatakan demikian, antara lain disebabkan karena penguasaan knowledge pasardan strategi bisnis brand lokal dalam membidik pasar, lebih kuat dibandingkan brand asing. Kepercayaan developer nasional terhadap broker lokal masih tinggi. Hanya saja, yang masih menjadi kendala adalah persoalan Sumber Daya Manusia (SDM).

“MEA 2015 memang sudah di depan mata, namun kapasitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Negara kita masih perlu ditingkatkan,” ungkap Lukas Bong, Ketua DPD AREBI DKI Jakarta. Agen properti dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat terutama dengan broker dari Negara Singapura dan Malaysia. “Jika kita masih stuck seperti sekarang, maka kita akan jauh tertinggal dengan Singapura dan Malaysia,” ungkap Lukas. Ia menambahkan, perkembangan bisnis broker di Malaysia dan Singapura dapat maju seperti sekarang sebab mereka sudah memiliki sistem yang bagus, selain itu database dan networking-nya pun dari seluruh dunia.

Adapun, beberapa hal yang masih menjadi kendala bisnis broker dalam negeri selain SDM adalah masalah regulasi. “Kurangnya regulator dalam memproteksi broker asing  masuk ke Indonesia, membuat persaingan menjadi semakin ketat. Padahal jika broker Indonesia ingin masuk ke Negara lain izinnya sangatlah sulit,” ungkap Lukas.

Selain itu, tidak adanya standar baku training yang menjadi acuan dari pemerintah juga menjadi salah satu kendala serius yang harus segera ditangani. Sampai sejauh ini masih banyak broker profesional maupun asongan yang belum bergabung ke AREBI.

Tony Eddy selaku Chief Executive Officer (CEO) Keller Williams Indonesia (KWI) mengatakan “Sertifikasi profesi bagi para marketing broker adalah senjata  untuk dapat berkiprah di MEA nanti,” ucapnya. Kenyataan di lapangan saat ini mendapatkan bahwa para marketing broker masih memiliki pendidikan serta pelatihan yang kurang memadai. Disamping itu, skill dari rata-rata agen properti masih rendah. Meski di agen properti yang sudah profesional sudah memiliki basic training-nya masing-masing, namun mereka juga belum ada sertifikasi untuk profesi.

“Belum ada sertifikasi profesi untuk broker properti, kode etik dan mekanisme kontrol terhadap perilaku para agen juga masih rendah, disamping itu juga struktur kerjasama antar agen properti secara global belum ada,” ungkap Tony.

Tony mengatakan bahwa seharusnya agen properti bisa menciptakan model bisnis yang kondusif serta bersinergi antar masing-masing agen. Salah satu caranya adalah dengan memberikan nomor ID bagi anggota broker yang mana nomor ID tersebut akan saling terhubung satu sama lain dengan agen properti lain secara internasional. Hal ini tentu akan menambahkan networking  dengan berbagai agen properti lain secara global.

Menanggapi hal ini, Tirta Setiawan  selaku Chairman PRO/MAX sekaligus mantan Ketua Umum AREBI mengatakan , “Sertifikasi broker memang sudah disiapkan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015 nanti. Hal ini memiliki tujuan yang jelas , yaitu untuk menjadikan agen tersebut menjadi agen properti yang profesional. Jika principal di training, maka skill akan bertambah dan secara otomatis kemampuan akan meningkat dan siap bersaing dengan pasar global. Dari peningkatan SDM ini, tentu konsumenlah yang  akan semakin diuntungkan,” terangnya saat di temui dalam kesempatan yang berbeda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkini