Propertynbank.com – Tahun politik yang salah satunya mengagendakan Pemilihan Presiden (Pilpres) akan dilaksanakan pada tahun 2024 mendatang. Saat Pemilihan Umum (Pemilu) itu, diprediksi akan berdampak kepada berbagai sektor yang ada, salah satunya adalah investasi yang ada di Indonesia. Seperti diketahui bahwa pemilihan presiden (pilpres) yang akan dilakukan pada 14 Febuari 2024 nanti diperkirakan akan berlangsung dua putaran.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira di acara Media Talkshow: Potensi Tahun Politik dan Tantangan Ekonomi Global di Jakarta, Rabu (29/11) mengatakan, tidak seperti pilpres pada periode-periode sebelumnya, pada tahun 2024 ini ada 3 pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang mengajukan diri. Melihat hal tersebut, maka potensi pemilu akan berlangsung untuk dua putaran semakin besar.
“Pemilu tahun ini, agak sedikit berbeda dari sebelumnya, karena ini akan menjadi siklus untuk 10 tahun karena pasangan capres sebelumnya Cuma dua. Di 2024 ada tiga capres, ini akan lebih menarik,” kata Bhima.
Baca Juga : Tak Kuatir Tahun Politik 2024, Mustika Land Group Rilis Mustika Garden Tamansari
Namun begitu, Bhima memprediksi, iklim investasi akan tetap positif pada tahun kedepan meski cenderung melandai karena investor masih mengamati perubahan kebijakan yang akan dilakukan selama 5 hingga 10 tahun kedepan. Meski diperkirakan masih dapat tumbuh positif tetapi pertumbuhan tersebut cenderung melambat di level 3%.
Salah satu faktor yang memungkinkan hal ini terjadi dikarenakan aksi wait and see investor selamat tahun pemilu. “(Tren investasi) masih akan positif, tetapi melandai. Sebagian besar investor akan wait and see,” ungkapnya
Namun bagi investor lain diperkirakan tidak terlalu memikirkan siapa yang akan terpilih dalam pemilu 2024 nanti. Menurut Bhima, investasi didalam negeri tetap dapat menarik Indonesia kaena memiliki bonus demografi yaitu penduduk usia produktif yang masih tinggi. “Mereka pasti masih melakukan investasi seperti di sektor makanan, minuman, masih banyak yang masuk. Sektor otomotif baik existing atau baterai kendaraan listrik, kita lihat di berbagai pabrikan juga terus menambah nilai investasinya,” ungkapnya.
Tantangan di Tahun Politik
Lebih lanjut Bhima juga mengatakan salah satu hal yang perlu diwaspadai untuk tantangan besar di tahun depan adalah potensi inflasi bahan makanan. Hal itu sudah terlihat melalui kenaikan harga pada bahan makanan seperti gula dan beras. Walaupun begitu, kabar baik juga untuk tahun 2024 karena tekanan dari sisi harga energi yang dinilai tidak akan tinggi.
Ia juga melihat adanya sinyal baik yang ada di bursa saham Indonsia. Melihat berbagai hal dari pemilu yang ada, ditambah adanya inflasi dan kenaikan suku bunga, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu bertahan di level 7.000. “IHSG sempat terkoreksi, tapi kembali rebound ke level 7.000. Salah satu penyebabnya adalah yang trust terhadap kondisi domestik,” tegasnya.
Baca Juga : Tak Terpengaruh Tahun Politik 2024, Sektor Properti Yang Bidik End User Masih Prospektif
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan investasi (GFCG) untuk tahun pemilu cenderung melambat dan berlanjut pada tahun berikutnya. Seperti pada pemilu tahun 2004, laju investasi di Indonesia dapat tumbuh hingga 10,9%.
Tetapi lain hal pada pemilu tahun 2009, angka investasi justru menurun menjadi 6,7%. Kondisi tersebut kembali berlanjut untuk pemilu tahun 2014 yang saat itu pertumbuhan investasi hanya mencapai 5,0%.
Setelah pertumbuhan melambat, angka investasi akhirnya jatuh pada tahun pemilu 2019. Pada momen pesta demokrasi tersebut, angka investasi di Indonesia bahkan sempat mencapai minus 5,0%.
Sementara itu, Assurance Partner Grant Thornton Indonesia Tagor Sidik Sigiro juga mengungkapkan tentang optimis pasar saham. Ia mengatakan masih ada kliennya yang berencana melakukan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2024 nantinya.
Tagor mengatakan bahwa hasil pemilu 2024 nanti tidak akan berpengaruh besar terhadap niat para perusahaan untuk melantai di BEI. Ia optimis bahwa penerbitan saham baru melalui IPO masih akan diserap oleh investor dalam negeri. Volatilitas pasar saham yang terjadi selama tahun politik dinilai juga akan terjadi dalam jangka pendek seperti 1 hingga 2 hari dan lebih dipengaruhi oleh sentiment pasar. “Kami melihat bahwa saham baru yang diterbitkan akan tetap diserap, khususnya oleh investor domestik,” pungkas Tagor. (Nabilla Chika Putri)